Diantara Langkah atau Metode Ta\'aruf/Perkenalan Dengan Calon Pasangan Sebelum Pernikahan
Kamis, 18 April 2013 , 11:27:38
Penanya : Ikhwan
Daerah Asal : bekasi
assalamu'alaikum ustdaz.
Ana mau tanya tentang bagaimana
cara perkenalan antara ikhwan dan
akhwat secara syar'i..
Syukron.!
Jawab :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Diantara langkah yang tidak menyelisihi syariat dalam ta'aruf/perkenalan dengan calon pasangan sebelum pernikahan adalah:
1. Seorang Muslim memperkenalkan diri kepada seseorang yang akan menjadi perantara Antara dia dan dan muslimah yang ingin ia nikahi, dan ia menyatakan keinginan menikah kepadanya.
Perantara bisa seorang mahram dari muslimah tersebut (seperti ayah, saudara laki-laki, atau paman perempuan tersebut), dan bisa juga teman wanita dari muslimah yang ingin dinikahi, akan tetapi, teman wanita itu berhubungan dengan muslim yang ingin menikah melalui mahram teman wanita itu.
2. Ketika sudah ada perantara Antara Muslim dan Muslimah calon pengantin, maka keduanya bisa bertukar biodata masing-masing melalui perantara, dengan harapan, itu bisa memberikan gambaran secara umum tentang jati diri satu pihak ke pihak lainnya.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pribadi yang ingin dikenal maka kedua belah pihak diperbolehkan untuk menyelidiki prilaku, akhlaq dan track record calon pasangannya secara sembunyi-sembunyi dari sumber-sumber yang kesaksiannya bisa dipertanggung-jawabkan.
4. Untuk mengetahui fisik calon pasangan, maka seseorang bisa minta ketemu secara langsung di tempat tertentu dan si muslimah harus ditemani oleh mahram wanita tersebut, sehingga tidak terjadi khalwat.. Bisa juga seseorang melihat calon pasangannya secara sembunyi-sembunyi dalam batasan tertentu yang boleh dilihat dari lawan jenis yang ingin dinikahi.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari, maka sebaiknya kedua belah pihak sudah mengikut-sertakan keluarga sejak proses awal. Paling tidak, mereka tahu langkah-langkah yang ditempuh kedua calon yang akan menikah.
والله تعالى أعلم بالحق والصواب
inilah yang sering dilakukan oleh aktifis dakwah yang hatinya tidak bertameng keimanan. Jikalau ia bertameng, perisai tersebut memiliki gagang pegangan yang rapuh. Awal niatan berharap wajah Allah, rahmat dan naungan-Nya, akan tetapi terpaan badai godaan asmara terlarang bak gelombang yang datang bertubi-tubi, mengikis pingiran pantai keimanan perlahan-lahan. Padahal pinggiran pantai sudah terlindungi ilmu selebat hutan mangrove.
Bagaimana terpaan badai godaan asmara yang dasyhat itu?
Saling berhubungan langsung dengan HP,e-mail, inbox FB dan jejaring sosial. Awalnya sangat saling menjaga diri, menggunakan kata-kata yang sopan, serius dan to the point. Akan tetapi siapa yang tahu setan menyelinap berkelit-kelit dalam sinyal HP, menerobos paksa password e-mail dan bersembunyi di inbox FB. Bersamaan dengan berlalunya waktu yang tidak sebentar, maka kata-kata dan kalimat yang bertukaran antarkeduanya bermetamorphosis, metamorphosisnya sepasang kupu-kupu siap berkawin. Muncullah kalimat yang belum layak mencapai waktu prosanya,
“wahai calon ibu dari anakku, semenjak kita mulai ta’aruf saya jadi lebih bersemangat menjalani hari, apalagi jika kita menikah nanti, K.A.N.G.E.N ^^”
“Daku tak menyangka pangeran berjanggut tipis itu adalah engkau, maju ta’aruf dengan gagah berani, kegelisahan rindu ini memang harus berujung dibelaian kedua tanganmu dalam dekapan, segera, segera dan segera majulah wahai mujahidku”
Yang parahnya adalah bertemu langsung dengan mudahnya dan sudah tidak ada lagi yang membedakan mereka berdua dengan apa yang kita temui di jalan-jalan, di pasar, di mall dan di pusat keramaian manusia. Tidak ada bedanya dengan mereka yang menggenjot pedal gas hawa cinta menerobos peringatan merah di jalan keramaian syariat. Mereka yang sudah diperingati dalam hadits Rasulullah shallahu alaihi wa sallam seolah-olah menghalalkannya di jalan-jalan.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Abu Malik al Asy’ari bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ وَالْحَرِيرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan [menganggap halal] perzinahan, sutera, minuman keras, dan musik-musik.” [HR. Bukhari]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallah ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
” وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَفْنَى هَذِهِ الْأُمَّةُ حَتَّى يَقُومَ الرَّجُلُ إِلَى الْمَرْأَةِ فَيَفْتَرِشُهَا فِي الطَّرِيقِ، فَيَكُونُ خِيَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ مَنْ يَقُولُ: لَوْ وَارَيْتَهَا وَرَاءَ هَذَا الْحَائِطِ» .
“Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (ingin bercumbu dan berzina) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la no. 12746, Al-Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” , lihat Majmu’ Zawaid 7/331, Maktabah Al-Qudsi, Koiro, 1414 H, Asy-Syamilah]
Diriwayatkan dari al-Nawwas radhiallah ‘anhu,
وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” [HR. Muslim]
Sebaiknya mengunakan perantara comlang yang sudah bersuami-istri sehingga tidak ada celah untuk setan berkelit. Karena sekuat-kuat iman seseorang ia belum tentu mampu menahan gejolak cinta. Inilah yang pepatah yang populer di zaman kakek-buyut kita “Sedikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Ya, itulah cara setan menggiring manusia secara perlahan. Akan tetapi pembawa syariat shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih cerdas dibandingkan setan. Cara ini tidak berlaku jika selalu menggenggam kaidah beragama,
سد الذرائع
“Menutup jalan menuju keburukan”
Yaitu jangan sampai ada hubungan yang tidak perlu jika belum waktunya, jika hubungan itu sangat perlu dalam ta’aruf demi mengenal, maka gunakanlah perantara comblang.
@Markaz YPIA, Wisma Darut Tauhid, Pogung Kidul, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com